Senin, 27 Mei 2013

DELTA SUNGAI JENEBERANG (SULAWESI)



DELTA SUNGAI JENEBERANG
(SULAWESI)

Indonesia memiliki banyak delta, lebih dari 50% delta yang berada di asia tenggara berasal dari Indonesia. Delta sungai atau Kuala adalah endapan di muara sungai yang terletak di lautan terbuka, pantai, atau danau, sebagai akibat dari berkurangnya laju aliran air saat memasuki laut. Dataran delta menunjukkan daerah di belakang garis pantai dan dataran delta bagian atas didominasi oleh proses sungai dan dapat dibedakan dengan dataran delta bagian bawah yang didominasi oleh pengaruh laut, terutama penggenangan tidal. Delta terbentuk karena adanya suplai material sedimentasi dari sistem fluvial. Ketika sungai-sungai pada sistem fluvial tersebut bertemu dengan laut, perubahan arah arus yang menyebabkan penyebaran air sungai dan akumulasi pengendapan yang cepat terhadap material sedimen dari sungai mengakibatkan terbentuknya delta. Bersamaan dengan pembentukan delta tersebut, terbentuk pula morfologi delta yang khas dan dapat dikenali pada setiap sistem yang ada. Morfologi delta secara umum terdiri dari; delta plain, delta front dan prodelta.
Sulawesi memiliki 40 delta, yang salah satunya adalah delta Sungai Jeneberang. Delta sungai jeneberang terletak di kecamatan Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Makassar. Delta Sungai Jeneberang terbentuk akibat adanya proses pengendapan material-material yang terbawa oleh aliran sungai Jeneberang yang bertemu dengan gelombang air laut. Di sepanjang pantai delta Sungai Jeneberang kecepatan arus menyusuri pantai ke arah utara lebih besar dari pada ke arah selatan. Arah arus menyusuri  pantai di sepanjang delta Sungai Jeneberang tergantung dari arah gelombang yang dibangkitkan oleh angin. Berdasarkan pola arah gelombang, mengindikasikan bahwa gelombang yang datang dari arah barat dan barat daya akan membangkitkan arus menyusuri pantai di sepanjang pantai delta Sungai Jeneberang kearah utara, sedangkan gelombang yang datang dari arah barat laut membangkitkan arus menyusuri pantai ke arah selatan. Sungai Jeneberang mengalirkan material sedimen dari bagian hulunya dan mendistribusikan di perairan pantai hingga ke Selat Makassar. Delta Sungai Jeneberang merupakan daerah berpasir. Kedinamikaan kawasan delta tersebut berlangsung baik secara alamiah maupun atas campur tangan manusia. Karena merupakan salah satu sumber daya lahan dan permukaan bumi dengan ruang yang banyak memberikan harapan bagi manusia untuk dimanfaatkan, sehingga kawasan ini sangat rentan terhadap perubahan.


Gambar 1. Delta Sungai Jeneberang

Sungai Jeneberang merupakan salah satu sungai besar di Sulawesi Selatan yang mengalir dari Gunung Bawakaraeng (2760 m) hingga ke Selat Makassar dan bermuara di perairan pantai. Menurut CTI Engineering Co.Ltd,1978, hasil penelitian terhadap jumlah sedimen yang disuplai oleh Sungai Jeneberang dan dimuntahkan ke perairan pantai melalui dua muara sungai, yaitu muara Utara dan muara Selatan.  Sekitar 60%, suplai sedimen berjumlah 600.000 m3  dimuntahkan di muara Utara, sedangkan  40%, suplai sedimen  yang berjumlah  400.000 m3 dimuntahkan di muara Selatan.

Delta Sungai Jeneberang memiliki luas kurang lebih 494,72 hektar dan kelilingnya adalah 17,9 km. Susunan sedimen hamparan Delta Jeneberang, menggambarkan kedudukan atau urutan vertikal sedimen pantai dan endapan delta front di atas endapan sedimen laut dangkal. Jika dikorelasikan dengan kondisi jebakan air tanahnya, maka pada endapan sedimen tersebut dijumpai sebaran vegetasi non-mangrove dan vegetasi campuran (mangrove-nonmangrove). Korelasi ini jika dihubungkan dengan waktu pengendapan pada saat ini (tahun 2010) maka sebaran vegetasi tersebut terdapat di Pantai Barombong dan Pantai Tanjung Bayang. Sedangkan endapan delta front di atas delta plain di atas endapan laut dangkal, dijumpai sebaran vegetasi mangrove dan vegetasi campuran (mangrove-nonmangrove). Vegetasi campuran (mangrove dan non-mangrove) dapat tumbuh pada topografi yang dipengaruhi oleh pasang surut dengan tekstur sedimen yang relatif kasar sampai halus (pasir kasar, pasir halus, lanau, lempung). Jenis mangrove yang dapat tumbuh termasuk dalam Minor Mangrove (nipa, paku laut). Pada dataran tingginya dijumpai awal tumbuhan kelapa, kayu jawa. Vegetasi mangrove dapat tumbuh dengan baik pada topografi yang dipengaruhi oleh pasang surut dengan tekstur sedimen yang relatif halus (lempung, lanau, lumpur, pasir). Sedangkan kondisi air tanahnya termasuk dalam confined aquifer pada zona jenuh air dengan salinitas air 20-35 ppt. Kondisi ini dapat dilihat pada topografi rendah yang dipengaruhi oleh pasang surut pada daerah Tanjung Bunga dan Tanjung Merdeka di dekat delta sungai jeneberang. Perubahan kondisi fisik pantai secara alami sebenarnya dapat dicegah dengan adanya vegetasi pantai yang terapat pada delta Sungai Jeneberang tersebut, yang berfungsi sebagai peredam ombak, pencegah abrasi, dan sebagai penghambat  terjadinya  intrusi air laut  yang lebih jauh ke arah daratan. Namun, rusaknya vegetasi pantai khususnya tanaman mangrove dan non mangrove pada daerah tersebut menyebabkan kondisi lingkungan biofisik mengalami perubahan, sehingga akan terjadinya degradasi lahan (abrasi).

Delta Sungai Jeneberang sangat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik oleh pemerintah setempat, banyak pembangunan yang dilaksanakan pada daerah ini, hingga pada daerah ini dibangun sebuah mall, (Gedung Celebes Convention Centre, Trans Studio), dan akan di bangun suatu Istana Pengistirahatan Nasional. Namun proses pembangunan ini ternyata berdampak buruk hingga saat ini, karena pembangunan tersebut menyebabkan penurunan tanah dan terjadinya abrasi pada daerah delta sungai Jeneberang. Kondisi tersebut dapat dilihat di delta sungai jeneberang bagian Utara yang mengalami abrasi, sementara di segmen pantai lainnya dilakukan penimbunan dan  kegiatan pembangunan fisik (pembuatan jalan, tanggul pantai). Jika pengelolaan dilakukan tidak bijaksana akan menimbulkan perubahan-perubahan di sepanjang pantai.  Morfodinamika yang teramati secara visual seperti terjadi abrasi, sedimentasi, perubahan garis pantai, perubahan alih fungsi lahan, perubahan bentuk morfologi pantai, serta degradasi lahan, tentunya akan berdampak pada kualitas lahan dan lingkungan biofisiknya.


Gambar 2. Pembangunan Pada Delta Sungai  Jeneberang

Pola sebaran sedimen pada delta sungai jeneberang ditentukan oleh faktor fluvial dan faktor marin. Faktor fluvial meliputi debit sungai, arus sungai, konfigurasi dasar sungai, dan sedimen sungai. Sedangkan faktor marin meliputi gelombang dan pasang surut. Delta Sungai Jeneberang merupakan delta sungai yang didominasi oleh aksi gelombang. Sehingga pola sebaran sedimen yang terjadi pada delta ini adalah sedimen berupa pasir.
Proses Abrasi yang terjadi pada delta Sungai Jeneberang ini menyebabkan banyak bangunan yang hancur, bahkan beberapa gedung yang dibangun dekat dengan delta tersebut mengalami penurunan tanah, seperti gedung (Gedung Celebes Convention Centre, Trans Studio) yang mengalami penurunan tanah sehingga lantai dasar pada gedung ini mengalami penurunan. Namun, pemerintah kota Makassar belum melakukan tindakan terhadap terjadinya kerusakan pada daerah ini. Sehingga disarankan untuk menjadi pertimbangan dasar dalam pembangunan Tata Kawasan pada daerha tersebut sehingga tidak terjadinya penurunan dasar perairan yang lebih parah di kemudian hari.



DAFTAR PUSTAKA
Lalongke, Rohaya. 2011. Morfodinamika Pantai dan Prospek Sebaran Vegetasi
Berdasarkan Sedimen Backshore Estuari Jeneberang Makassar. Ringkasan Disertasi Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Hantoro. 2010 Pengaruh Karakteristik laut dan pantai terhadap perkembangan kawasan kota pantai. (http://www.sim.nilim.go.jp/GE/SEMI3/PROSIDING/01-WAHYU.doc, diakses 26 Mei 2013).
Langkoke,R., Herman, 2008. Transpor Sedimen Suspensi Perairan Pantai Estuari Jeneberang Kota Makassar. Journal Penelitian Geosains, ISSN: 1858-3636 Volume No.04. 02 Mei – Agust. 2008. Hal..109-216.
Sakka. 1996. Study on the Behavior of the Coastline of the Jeneberang Delta. Master’s thesis, Gadjah Mada University. Jogjakarta - Indonesia.