DELTA
SUNGAI JENEBERANG
(SULAWESI)
Indonesia memiliki
banyak delta, lebih dari 50% delta yang berada di asia tenggara berasal dari
Indonesia. Delta sungai atau Kuala
adalah endapan di muara sungai
yang terletak di lautan
terbuka, pantai,
atau danau,
sebagai akibat dari berkurangnya laju aliran air saat memasuki laut. Dataran
delta menunjukkan daerah di belakang garis pantai dan dataran delta bagian atas
didominasi oleh proses sungai dan dapat dibedakan dengan dataran delta bagian
bawah yang didominasi oleh pengaruh laut, terutama penggenangan tidal.
Delta terbentuk karena adanya suplai material sedimentasi dari sistem fluvial.
Ketika sungai-sungai pada sistem fluvial tersebut bertemu dengan laut,
perubahan arah arus yang menyebabkan penyebaran air sungai dan akumulasi
pengendapan yang cepat terhadap material sedimen dari sungai mengakibatkan
terbentuknya delta. Bersamaan dengan pembentukan delta tersebut, terbentuk pula
morfologi delta yang khas dan dapat dikenali pada setiap sistem yang ada.
Morfologi delta secara umum terdiri dari; delta plain, delta front dan prodelta.
Sulawesi memiliki 40
delta, yang salah satunya adalah delta Sungai Jeneberang. Delta sungai
jeneberang terletak di kecamatan Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Makassar. Delta
Sungai Jeneberang terbentuk akibat adanya proses pengendapan material-material
yang terbawa oleh aliran sungai Jeneberang yang bertemu dengan gelombang air
laut. Di sepanjang pantai delta Sungai Jeneberang kecepatan arus menyusuri
pantai ke arah utara lebih besar dari pada ke arah selatan. Arah arus
menyusuri pantai di sepanjang delta
Sungai Jeneberang tergantung dari arah gelombang yang dibangkitkan oleh angin.
Berdasarkan pola arah gelombang, mengindikasikan bahwa gelombang yang datang
dari arah barat dan barat daya akan membangkitkan arus menyusuri pantai di
sepanjang pantai delta Sungai Jeneberang kearah utara, sedangkan gelombang yang
datang dari arah barat laut membangkitkan arus menyusuri pantai ke arah
selatan. Sungai Jeneberang mengalirkan material sedimen dari bagian hulunya dan
mendistribusikan di perairan pantai hingga ke Selat Makassar. Delta Sungai
Jeneberang merupakan daerah berpasir. Kedinamikaan kawasan delta tersebut
berlangsung baik secara alamiah maupun atas campur tangan manusia. Karena
merupakan salah satu sumber daya lahan dan permukaan bumi dengan ruang yang
banyak memberikan harapan bagi manusia untuk dimanfaatkan, sehingga kawasan ini
sangat rentan terhadap perubahan.
Gambar 1. Delta Sungai Jeneberang
Sungai Jeneberang
merupakan salah satu sungai besar di Sulawesi Selatan yang mengalir dari Gunung
Bawakaraeng (2760 m) hingga ke Selat Makassar dan bermuara di perairan pantai.
Menurut CTI Engineering Co.Ltd,1978,
hasil penelitian terhadap jumlah sedimen yang disuplai oleh Sungai Jeneberang
dan dimuntahkan ke perairan pantai melalui dua muara sungai, yaitu muara Utara
dan muara Selatan. Sekitar 60%, suplai
sedimen berjumlah 600.000 m3 dimuntahkan
di muara Utara, sedangkan 40%, suplai
sedimen yang berjumlah 400.000 m3 dimuntahkan di muara Selatan.
Delta Sungai Jeneberang memiliki luas kurang lebih
494,72 hektar dan kelilingnya adalah 17,9 km. Susunan sedimen hamparan Delta
Jeneberang, menggambarkan kedudukan atau urutan vertikal sedimen pantai dan
endapan delta front di atas endapan
sedimen laut dangkal. Jika dikorelasikan dengan kondisi jebakan air tanahnya,
maka pada endapan sedimen tersebut dijumpai sebaran vegetasi non-mangrove dan
vegetasi campuran (mangrove-nonmangrove). Korelasi ini jika dihubungkan dengan
waktu pengendapan pada saat ini (tahun 2010) maka sebaran vegetasi tersebut
terdapat di Pantai Barombong dan Pantai Tanjung Bayang. Sedangkan endapan delta front di atas delta plain di atas endapan laut dangkal, dijumpai sebaran vegetasi
mangrove dan vegetasi campuran (mangrove-nonmangrove). Vegetasi campuran (mangrove dan non-mangrove) dapat
tumbuh pada topografi yang dipengaruhi oleh pasang surut dengan tekstur sedimen
yang relatif kasar sampai halus (pasir kasar, pasir halus, lanau, lempung).
Jenis mangrove yang dapat tumbuh termasuk dalam Minor Mangrove (nipa, paku laut). Pada dataran tingginya dijumpai
awal tumbuhan kelapa, kayu jawa. Vegetasi mangrove dapat tumbuh dengan baik
pada topografi yang dipengaruhi oleh pasang surut dengan tekstur sedimen yang
relatif halus (lempung, lanau, lumpur, pasir). Sedangkan kondisi air tanahnya
termasuk dalam confined aquifer pada
zona jenuh air dengan salinitas air 20-35 ppt. Kondisi ini dapat dilihat pada
topografi rendah yang dipengaruhi oleh pasang surut pada daerah Tanjung Bunga
dan Tanjung Merdeka di dekat delta sungai jeneberang. Perubahan
kondisi fisik pantai secara alami sebenarnya dapat dicegah dengan adanya
vegetasi pantai yang terapat pada delta Sungai Jeneberang tersebut, yang
berfungsi sebagai peredam ombak, pencegah abrasi, dan sebagai penghambat terjadinya
intrusi air laut yang lebih jauh
ke arah daratan. Namun, rusaknya vegetasi pantai khususnya tanaman mangrove dan
non mangrove pada daerah tersebut menyebabkan kondisi lingkungan biofisik
mengalami perubahan, sehingga akan terjadinya degradasi lahan (abrasi).
Delta
Sungai Jeneberang sangat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik oleh pemerintah
setempat, banyak pembangunan yang dilaksanakan pada daerah ini, hingga pada daerah
ini dibangun sebuah mall, (Gedung Celebes
Convention Centre, Trans Studio), dan
akan di bangun suatu Istana Pengistirahatan Nasional. Namun proses pembangunan
ini ternyata berdampak buruk hingga saat ini, karena pembangunan tersebut
menyebabkan penurunan tanah dan terjadinya abrasi pada daerah delta sungai
Jeneberang. Kondisi tersebut dapat dilihat di delta sungai jeneberang bagian
Utara yang mengalami abrasi, sementara di segmen pantai lainnya dilakukan
penimbunan dan kegiatan pembangunan
fisik (pembuatan jalan, tanggul pantai). Jika pengelolaan dilakukan tidak
bijaksana akan menimbulkan perubahan-perubahan di sepanjang pantai. Morfodinamika yang teramati secara visual
seperti terjadi abrasi, sedimentasi, perubahan garis pantai, perubahan alih
fungsi lahan, perubahan bentuk morfologi pantai, serta degradasi lahan,
tentunya akan berdampak pada kualitas lahan dan lingkungan biofisiknya.
Gambar
2. Pembangunan Pada Delta Sungai Jeneberang
Pola sebaran sedimen pada delta
sungai jeneberang ditentukan oleh faktor fluvial dan faktor marin. Faktor
fluvial meliputi debit sungai, arus sungai, konfigurasi dasar sungai, dan
sedimen sungai. Sedangkan faktor marin meliputi gelombang dan pasang surut. Delta
Sungai Jeneberang merupakan delta sungai yang didominasi oleh aksi gelombang. Sehingga
pola sebaran sedimen yang terjadi pada delta ini adalah sedimen berupa pasir.
Proses
Abrasi yang terjadi pada delta Sungai Jeneberang ini menyebabkan banyak
bangunan yang hancur, bahkan beberapa gedung yang dibangun dekat dengan delta
tersebut mengalami penurunan tanah, seperti gedung (Gedung Celebes Convention Centre, Trans Studio) yang mengalami penurunan
tanah sehingga lantai dasar pada gedung ini mengalami penurunan. Namun,
pemerintah kota Makassar belum melakukan tindakan terhadap terjadinya kerusakan
pada daerah ini. Sehingga disarankan untuk menjadi pertimbangan dasar dalam
pembangunan Tata Kawasan pada daerha tersebut sehingga tidak terjadinya
penurunan dasar perairan yang lebih parah di kemudian hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Lalongke,
Rohaya. 2011. Morfodinamika Pantai dan
Prospek Sebaran Vegetasi
Berdasarkan Sedimen Backshore
Estuari Jeneberang Makassar. Ringkasan Disertasi Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Hantoro. 2010 Pengaruh Karakteristik laut dan pantai terhadap perkembangan
kawasan kota pantai. (http://www.sim.nilim.go.jp/GE/SEMI3/PROSIDING/01-WAHYU.doc, diakses 26 Mei 2013).
Langkoke,R., Herman, 2008. Transpor Sedimen Suspensi Perairan Pantai Estuari Jeneberang Kota
Makassar. Journal Penelitian Geosains, ISSN: 1858-3636 Volume No.04. 02 Mei – Agust.
2008. Hal..109-216.
Sakka. 1996. Study
on the Behavior of the Coastline of the Jeneberang Delta. Master’s
thesis, Gadjah Mada University. Jogjakarta -
Indonesia.